Thursday, March 2, 2017

“ Suami Meninggal, Mengapa Tidak Merasa Kehilangan ? “

“ Saya tak bersedih suami saya meninggal…” . Demikian ucapan seorang ibu ditengah kegiatan. Salah seorang ibu yang paling dekat duduk dengannya terheran-heran, bagaimana mungkin seorang istri yang suaminya meninggal tidak merasa sedih, malah menceritakan pada orang lain tentang peristiwa itu dengan nada biasa saja nyaris tanpa beban. Merasa penasaran si ibu bertanya pada ibu yang suaminya meninggal, “Mengapa ibu tidak bersedih suami ibu meninggal?”, ia menjawab,”suami saya suka maen tangan, jika ia punya keinginan”, “ oooh…”. Lalu si ibu yang bertanya bersyukur, karena ia punya suami yang baik, dengan bangganya ia menceritakan kebaikan suaminya itu. “ Senang sekali bu punya suami baik…” demikian komentar ibu yang suaminya tak membuatnya ia bersedih.
bagaimana mungkin pasangan yang selayaknya orang yang sangat dicintainya menjadi orang lain yang paling dibencinya, menghapus semua masa indah, mengghapus semua kata indah dan janji indah yang pernah mereka dengar bersama.
secepat putaran mesin industry berakibat manusia menjadi teralienasi/kesepian; siapa aku. Seringkali aku tak sempat lagi menjawab karena sudah keburu mengantuk dan esok pagi sekali harus cepat lari mengejar bis untuk pergi bekerja, bergaul dengan manusia yang juga bertanya siapakah aku. Menurut para pemikir humanis manusia industry telah hilang kemanusiaanya hinga ia mememilih pasangan hidupun tak lebih dari cara memilih sebuah makanan, asal senang ia pilih, ketika ia sudah bosan ya dibuang saja. Sungguh manusia berubah nilainya jadi benda dan barang komoditi, bahkan suami lebih sayang terhadap binatang peliharaannya atau kepada hoby nya ketimbang terhadap istri (sebagian).
.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Translate

Powered By Blogger

VIEW

Blog Archive