HOME STAY 2017
Sekolah bukanlah satu-satunya tempat
untuk belajar dan mengembangkan potensi akademik maupun nonakademik siswa.
Sebagai bagian dari lingkaran pembentukan karakter, sekolah dan orang tua
sebagai salah satu stake holder mempunyai kewajiban secara bersama-sama
mengembangkan pola pembelajaran di luar sekolah yang erat kaitannya dengan
pembentukan karakter ini.
Salah satu cara yang digunakan
sekolah saya adalah dibuatnya Program Homestay. Program yang dirancang khusus
dengan mencari rumah-rumah penduduk di suatu daerah tertentu untuk dijadikan
tempat tinggal sementara bagi siswa, berlangsung tiga sampai empat hari.
Bertujuan untuk melatih empati siswa, meningkatkan kecerdasan emosional mereka,
dan belajar melakukan penelitian ilmiah sederhana di lingkungan yang mereka
kunjungi.
Program ini merupakan salah satu
program yang dengan sadar dilakukan oleh sekolah dengan mengajak semua pihak
yang secara langsung berhubungan dengan program ini untuk bersama-sama
memberikan pelajaran bagi siswa dalam bentuk apapun. Sebagai gambaran, program
homestay yang dilakukan oleh siswa meliputi beberapa kegiatan yang melibatkan
mereka baik secara kepanitiaan kecil maupun siswa secara keseluruhan:
1. Panitia siswa membuat proposal
yang isinya merupakan rancangan kegiatan Homestay secara keseluruhan.
Keterlibatan langsung akan terjalin antara siswa dan guru pembimbing. Di sini
anak-anak akan belajar bagaimana membuat proposal kegiatan yang ditujukan untuk
sekolah, orang tua, yayasan, dan perusahaan-perusahaan sponsor. Biasanya mereka
akan mencari sendiri perusahaan-perusahaan yang bersedia. Mereka, bahkan
mencari sendiri hadiah-hadiah untuk adik-adik kecilnya di lokasi homestay
hingga Pasar Asemka, Jakarta Kota.
2. Panitia siswa melakukan survey
dan mencari tempat yang tepat untuk dijadikan basis homestay. Pencarian tempat
harus memenuhi syarat yang sebelumnya telah disepakati. Biasanya, sesuai
tujuannya untuk melatih empati dan bagaimana berperilaku di rumah orang lain
yang berbeda dengan lingkungan mereka, rumah yang mereka akan tempati harus
mempunyai orang tua asuh yang bekerja. Entah itu pedagang, petani, ataupun
profesi lainnya. Di lingkungan tersebut diupayakan ada sekolah yang biasanya
dijadikan tempat bagi siswa untuk mengajar. Pada kesempatan survey ini, siswa
berinteraksi langsung dengan aparat pemerintahan seperti Kepala Desa, Ketua RW,
Ketua RT, atau Kepala Sekolah, Kepala Puskesmas, Ketua Karang Taruna, dan siapa
saja yang berkaitan dengan program homestay yang akan mereka lakukan.
Memburu hadiah di Pasar Asemka
Jakarta untuk hadiah bagi anak-anak di lokasi homestay
3. Siswa yang tidak menjadi panitia
akan dibagi-bagi ke dalam beberapa kelompok, di mana mereka akan melakukan
kegiatan yang berbeda setiap harinya di tempat mereka homestay. Misalnya, hari pertama:
Kelompok 1, 2 dan 3 akan ke sekolah dasar yang ada di sekitar lokasi homestay untuk melakukan kegiatan motivasi ringan dan memberikan pelajaran tambahan plus games kepada para siswa. Di sini mereka akan berinteraksi langsung dengan siswa SD dan guru-guru di sekolah tersebut. Mereka merasakan bagaimana susahnya menjadi guru yang harus mengatur anak-anak didik dengan susah payah.
Kelompok 1, 2 dan 3 akan ke sekolah dasar yang ada di sekitar lokasi homestay untuk melakukan kegiatan motivasi ringan dan memberikan pelajaran tambahan plus games kepada para siswa. Di sini mereka akan berinteraksi langsung dengan siswa SD dan guru-guru di sekolah tersebut. Mereka merasakan bagaimana susahnya menjadi guru yang harus mengatur anak-anak didik dengan susah payah.
anak-anak “menjadi guru ” di SD
terdekat
Bersama dengan siswa siswi SDN
Gunung Picung 07
Kelompok 4 dan 5 akan mengikuti
orang tuanya bekerja. Makanya, profesi yang dicari adalah profesi yang bisa
diikuti oleh siswa. Contoh, ketika mereka homestay di Pangalengan yang
mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pemetik teh, sedari jam 4 pagi
anak-anak sudah berangkat naik bukit untuk ikut orang tuanya memetik teh.
Pulang dari bukit, mereka tak henti-hentinya merasa takjub dengan beratnya
pekerjaan orang tua asuh mereka, sementara penghasilan yang diperolehnya setiap
hari tidaklah banyak. Bahkan, menurut perhitungan mereka, uang jajan yang
mereka terima dari orang tuanya setiap hari masih lebih banyak ketimbang
penghasilan para pemetik teh ini. Mereka lalu membayangkan bagaimana pula orang
tuanya bekerja seharian dari subuh hingga malam baru tiba di rumah. Sebuah
pelajaran berharga yang kami harap dapat mereka petik tentang bagaimana
menghargai orang tua dan pengorbanannya selama ini.
4. Panitia siswa akan mencari
sponsor untuk membantu pendanaan. Dana ini biasanya dipakai untuk membantu
warga membuat WC umum, memperbaiki musholla, dan sebagainya. Bantuan orang tua
juga bisa disalurkan dalam bentuk barang atau obat-obatan untuk puskesmas. Di
sini siswa akan berhubungan dengan pihak perusahaan yang akan menjadi sponsor
dan orang tua. Mereka juga akan saling membantu untuk proses pendistribusian
bantuan ini.
5. Sebagai pertanggungjawaban akan
kegiatan yang telah mereka lakukan, panitia harus membuat laporan kegiatan dan
laporan keuangan. Siswa dituntut untuk melaporkan sejujur-jujurnya dan seteliti
mungkin tentang apa dan berapa dana yang sudah mereka keluarkan.
6. Seluruh siswa, secara perkelompok akan melakukan penelitian ilmiah tentang apa yang mereka temukan di lokasi homestay. Misalnya, ketika homestay di Pangalengan, siswa meneliti tanaman obat apa saja yang tumbuh di sana, atau siswa meneliti bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah berangkat ke gunung.
6. Seluruh siswa, secara perkelompok akan melakukan penelitian ilmiah tentang apa yang mereka temukan di lokasi homestay. Misalnya, ketika homestay di Pangalengan, siswa meneliti tanaman obat apa saja yang tumbuh di sana, atau siswa meneliti bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah berangkat ke gunung.
anak-anak putri membuka kelas
berhijab untuk para ibu di musholla
Anak-anak putri juga membuka kelas
Tari Saman untuk anak-anak di Lokasi Homestay
Nah. Beginilah program homestay yang
biasa kami lakukan setiap tahun. Beberapa kegiatan tentu saja akan disesuaikan
dengan lokasi yang kami singgahi. Diharapkan, interaksi yang terjadi dari
adanya perbedaan tingkat perekonomian, pekerjaan, kebiasaan, atau apapun yang
mereka jumpai di rumah tinggal sementara mereka, dapat memberikan pelajaran
berharga bagi pembentukan sikap dan perilaku mereka.
Siswa harus beradaptasi dengan MCK
penduduk di Desa Gunung Picung Bogor
HOME STAY
Adaptasi yang harus mereka lakukan ternyata
tidak mudah. Semisal, ketika toilet di rumah mereka begitu nyaman, sementara
tempat MCK penduduk yang mereka datangi sangat minim dan bahkan dilakukan dalam
tempat yang sama atau tidak layak, mengharuskan mereka bangun lebih pagi untuk
mandi lebih pagi juga dalam keadaan masih gelap.
Jika di rumah mereka masih merengek untuk mengganti menu masakan, di tempat yang mereka kunjungi, mereka makan seadanya. Bahkan dari hari ke hari kadang-kadang mereka menemukan lauk yang dimakannya sama, yaitu rebusan daun singkong dan sambal terasi. Dengan begitu, mudah-mudahan mereka tak lagi menyia-nyiakan nasi ransum di sekolah yang kadang tak habis mereka makan dan dibuang percuma.
Jika di rumah mereka masih merengek untuk mengganti menu masakan, di tempat yang mereka kunjungi, mereka makan seadanya. Bahkan dari hari ke hari kadang-kadang mereka menemukan lauk yang dimakannya sama, yaitu rebusan daun singkong dan sambal terasi. Dengan begitu, mudah-mudahan mereka tak lagi menyia-nyiakan nasi ransum di sekolah yang kadang tak habis mereka makan dan dibuang percuma.
Jika tiap hari mereka masih datang
terlambat untuk tiba di sekolah, walaupun dengan kendaraan yang mereka bawa, di
rumah orang tua asuh, mereka mendapati adik-adik kecilnya berjalan kaki
berkilo-kilometer jauhnya untuk tiba di sekolah tanpa terlambat bahkan sejak
matahari belum menyembulkan dirinya.
Sebagai guru, saya percaya benar,
pembelajaran yang hakiki adalah ketika dia sudah menyentuh relung hati nurani
yang paling dalam. Ketika nurani itu bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Ketika nurani itu mampu mengajak kepada suatu pekerjaan yang
bermanfaat buat orang banyak
tapinya.. karena kamu sudah di izinkan tinggal
di sana, secara GRATIS. mereka juga minta tolong sama kamu untuk membantu
mereka. Bantunya kira-kira apa aja, nih? Jadi, para Host Family ini biasanya
punya anak kecil. Nah, kamu dimintain tolong untuk jadi "kakak" buat
anak2nya. Ngajak main mereka, ngejagain, nganterin ke TK klo udah msk TK,
bantuin ngerjain PR klo bisa. Sama, tugas-tugas rumah tangga ringan. Seperti
nyuci, nyetrika, masak, bersiin rumah. :D Tapi jangan khawatir, kalau kalian milih
negara maju, di sana itu serba canggih. jadi klo nyuci2 gt paling tinggal
masukin ke mesin, terus kering sendiri. Nyapu ga pake sapu, pakenya vacuum
cleaner. Malah klo kalian dapet keluarga yang cukup kaya, biasanya mereka punya
pembantu yang datengnya seminggu sekali buat beres-beres seluruh rumah. Tapi
kalau di minta tolong beres-beres rumah, biasanya vacuum cleaner sebentar,
memasukkan cucian piring ke dalem mesin pencuci piring, merapikan mainan yang
diberantakin sama ade-ade asuhnya, ya gitu-gitu aja sih...hehe Nah, buat para
cwo2 yg pada homestay biasanya tugasnya agak banyak. Mungkin kayak, motong
rumput di halaman, atau bersiin salju di depan rumah atau apalagi saya kurang
begitu tau persis klo kerjaan cwo yg keluarga asuh sana minta hehe Homestay ini
biasanya di kenal namanya itu AU PAIR. Inget AU PAIR, ya. Jadi Au pair ini,
nama bekennya buat anak-anak yg pada homestay. Itu asal katanya dari prancis,
cuma sudah umum di pake di negara-negara lain. Jadi anak-anak yang pada
homestay itu biasanya di sebutnya, anak-anak Au pair. Program Au pair ini sudah
tersebar ke banyak negara. Jadi tergantung kamu milihnya mau ke negara mana.
Misalnya, contohnya saya pengennya ke jerman. Berarti cari orang tua asuhnya ke
Jerman jangan ke Amerika. Kan ga nyambung :p Syaratnya juga beda-beda setiap
negara. Tapi secara umum, setidaknya kamu HARUS sudah bisa dasar bahasa negara
yg kamu tuju. Kayak saya pengen homestay ke jerman, berarti saya harus bisa
minimal level dasar A1 bahasa Jerman. kenapa begitu? Soalnya, kalau ga bisa sama
sekali, kasian dong orang tua asuhnya komunikasi sama kamu gimana. Dan biasanya
agak repot kalo komunikasi sama anak-anaknya. Nanti pada akhirnya, jadi
frustasi sendiri. Kan jadi ga nyaman homestaynya. Intinya, homestay itu bukan
cuma modal nekat. Tapi harus di rencanakan juga segala sesuatunya. Biar nanti
ketika pulang ke Indonesia, ada pengalaman yang berkesan. Jadi ga percuma,
homestay satu tahun di negeri orang :) Saya kurang tahu kalau homestay di
negara lain. Tapi kalau negara pilihan kamu Jerman, Austria, Swiss, pasti
sertifikat bahasa jadi syarat utama mengurus visa di kedutaan. Tanpa
sertifikat, visamu ga akan di urus. Yang terpenting dalam rencana homestay
kamu, harus “pelajari” dulu negara tujuan dan calon keluarga asuhmu. Karena
disini kan, statusnya kamu belum pernah ketemu dan belum pernah kenal sama
keluarga asuhmu nanti. Jadi, sebelum kamu memilih negara tujuan dan calon
keluarga asuh, banyak yang harus dipertimbangkan dan dipelajari :) Nah,
pelajari apa maksudnya? Jadi kamu harus lihat, negara yg dituju aman atau tidak
buat homestay. Kamu itu Au pair bukan Nanny yaa..jadi kamu itu levelnya bukan
pembantu. INGET BUKAN PEMBANTU. Kalau kamu diperlakukan kayak pembantu,
HARUSNYA bisa protes. Naahh, kamu harus tau negara yang kamu tuju, pemerintahnya
kira-kira bakal nanggepin protesmu ga. Terus keluarga asuhmu nanti, menghargai
agamamu ga. Kalau islam misalnya, di izinkan shalat, puasa, ga? itu PENTING loh
ya.. soal makanan juga. mereka menghargai kamu ga, klo kamu ga boleh minum
alkohol atau makan-makanan haram kayak babi, dll. Jangan sampai, kalau sudah
sampai sana. Kamu ga diizinkan sholat. Pas puasa, makanan buat sahur ga di
sediain. Terus di paksa makan babi. Di suruh minum alkohol sebangsa bir atau
wine. Kan bahaya juga tuh.. Nah, nyari keluarga asuh atau Host Family itu setau
saya ada 3 Jalan : 1. Bisa pake agent. Jadi di cariin sama agent. Kamu tinggal
nunggu kabar. 2. Nyari sendiri via website. usahanya lebih kenceng klo nyari
sendiri. soalnya, segala sesuatunya kita urus sendiri. 3. Bisa ikutan program
kayak AFS gitu. Biasanya, buat anak-anak SMA. Tapi ini rada ribet, karena harus
tes macem2. Dr tes tulis, wawancara, dll. Saya pernah ikutan soalnya, dan ga
lolos dari mulai tes tahap awal.ahahaha #kacau :p Btw, Semua itu ada
untung-ruginya yaa.. Pake agent itu, biasanya kamu harus bayar. Dan kalau
dihitung-hitung, kayaknya nggak murah juga. Cuma, klo kamu ternyata dapat
keluarga yang ga enak alias kamu ga cocok, biasanya bisa protes ke agent dan
minta tolong di cariin keluarga asuh baru. Kabar terbaru yang saya dengar dari
teman saya, katanya ada agent yang gratis ga bayar. Tapi masalah mereka
terpecaya atau tidak, saya sendiri kurang tahu :p Nah, kalau saya modal nekat
nyari sendiri via website. Pastinya bukan asal website. sebelum saya memutuskan
daftar di web itu, saya cari tahu dulu website ini bener-bener terjamin atau
tidak. Saya sampe nanya ke guru les saya, sama temen-temen saya yg pada pake
website ini dan ternyata emang oke. Yaudah saya daftar deh.. Keuntungan dari
web ini adalah prosesnya ga lama. Kalau kamu jago buat deskripsi pribadi atau
jago promosiin diri sendiri, bahwa kamu memang pantes jadi anak asuh mereka,
pasti dapetnya cepet. Kalau saya pribadi, prosesnya cuman satu bulan. Awal
november daftar, Desember sudah dapat. Ada juga teman saya, sudah tiga bulan
daftar, ga dapat-dapat. Klo sudah seperti itu, saran saya sih mending baca lagi
profilemu nya. Bisa jadi, deskripsi pribadinya terlalu berlebihan, terlalu
panjang, terkesan mengada-ada, terlalu sedikit, atau bahkan sudah nulis
panjang-panjang, tapi ga menggambarkan dirimu. Kemungkinan lain adalah kamu
jarang online di website itu. Percobaan iseng-iseng saya adalah semakin sering
saya log in di website itu, profile saya selalu ada di halaman pertama dan
paling atas pula. Perlu kalian ingat ya, biasanya para calon orang tua asuh itu
sibuk dan ga punya waktu banyak untuk buka-buka profile Au pair yang jumlahnya
ribuan. Jadi, klo profilemu kelempar ke halaman belakang, ya calon orang tuanya
males juga, buka sampai halaman belasan gitu kan. Jadi ujung-ujungnya ga ada
keluarga yang milih kamu. Kan sayang... Paling oke, adalah udah deskripsi diri
kamu bagus, di halaman paling atas pula. Udah deh, saya yakin itu yang mau
banyak. Saya sudah membuktikan sendiri, kok. Ujung-ujungnya saya yang bingung
mau pilih keluarga yang mana karena jadinya di rebutin banyak calon keluarga
asuh hehe Nah, kerugiannya adalah kamu jadi capek. karena semua kamu yang
ngurus sendiri. Ga ada perantara dari agent. Dari mulai jawab email, ngurus
visa, dan paling parah adalah kalo ditolakin banyak keluarga asuh. Saya
pribadi, di tolak calon keluarga asuh sampai puluhan kali hehe Terus kalau pun
sudah dapat keluarga dan ternyata setelah tinggal bareng mereka, kamunya ga
cocok, ga ada yang bantuin buat pindah keluarga. Kamu yang harus susah payah
nyari keluarga baru atau dibantuin dicariin keluarga baru sama keluarga asuh
kamu yang sekarang. Tapi jangan berharap 100% di bantuin nyari keluarga baru
sama keluarga asuh kamu yg sekarang, bisa jadi merekanya justru ga peduli. Kamu
harus berusaha nyari sendiri. Beda-beda tiap keluarga. Intinya, homestay itu
keuntungannya banyak sebenernya..tapi tergantung dari pribadi kita masing2
juga. harus diingat keluarga di sana ga 100% baik. pasti ada postif ada
negatifnya. ada sifat mereka yg ga kamu suka dan ada sifat mereka yg kamu suka.
begitu juga sebaliknya. tergantung penerimaan kamu. lapang dada atau tidak
menerima kekurangan mereka. jangan terlalu berharap dapet keluarga yg
perfeksionis. pasti kecewa ujung2nya. toh, di keluarga aslimu juga ibu sama
ayah kamu kan ada beberapa sifat yg ga kamu suka, ada juga sifat yg kamu suka
dr orang tuamu. sama aja, keluarga asuh kamu nanti juga gitu. :) ada yg
keluarganya baik, tapi anaknya nakaaaallll banget. ada yg anaknya lucuuu, orang
tuanya ngeseliiinn banget. macem2 deh pengalamannya.. Inget aja setiap kejadian
itu pasti ada hikmahnya... klo kamu bisa memandang segala macam bentuk kejadian
dari segi positifnya, pasti homestay di sana akan terasa menyenangkan. percaya
deh..klo kamu kerjaannya ngeluhh terus, pasti di sana ga nyampe sebulan udah
nangis-nangis minta pulang. keluarga di sana kesel, kamunya juga ga betah. kan
ga enak. So please, saran saya sebelum memutuskan buat homestay, mental sama
motivasimu, buat pergi ke negara tujuan kalian nanti, di tingkatin dulu. Ingat,
di sana kulturnya beda. orang-orangnya juga beda. mereka ga bisa berubah
sebagaimana maunya kamu. Kalo kamu pengen mereka berubah, kamunya dulu yg
berubah. Misalnya, "Ooh, mereka ga suka klo saya jawabnya kayak gini. Berarti
saya harus kayak gini." atau "Ooh, menurut mereka omongan saya
terlalu keras, berarti sekarang klo ngomong sama mereka harus lebih pelan,
lebih lembut." Mulailah dari diri kita sendiri dulu. Banyak ngobrol atau
diskusi sama keluarga asuhmu. Apa yang ga kamu suka, apa yang mereka suka,
mereka pengen kamu kayak gimana, kamu berharap mereka kayak gimana, dll.
Intinya, kalau kamu ingin dicintai oleh orang lain, kamu juga harus mencintai
mereka lebih dulu. kalau kamu pengen keluarga itu sayang sama kamu, ya kamu
harus sayang juga sama mereka. klo kamu pengennya di sayaang mulu, tapi ga
pernah sayang sama orang lain. Ya siapa juga yg mau sayang sama kamu. ya nggak?
:D So, selamat mencoba dan selamat berjuang buat yang kamu-kamu yang pada mau
mencoba ikutan homestay. Semoga mendapatkan keluarga yang terbaik. Berdoa yang
kenceng, karena itu faktor penting kalian nanti dapet keluarga asuh yang enak
atau nggak hehe Good Luck! :)
0 comments:
Post a Comment