Saturday, February 18, 2017

kisah nyata sisi kehidupan tukang bangunan

KISAH NYATA.....
menghadiri rapat orangtua murid
pukul 7 malam, orang tua murid mulai masuk ke dalam ruangan kelas di sekolah. Berbagai orang tua terkesan penuh sopan santun, ada juga orang tua yang kelihatannya pamer, ada juga yang terkesan sangat berhati-hati. terlihatlah seorang pria paruh baya, masuk badannya kotor penuh dengan debu
Kehadirannya membuat perhatian orang tua murid lainnya. Dirinya mengenakan pakaian kerja yangluntur dan penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, kelihatannya baru pulang dari kerja bangunan.
"Permisi, Bapak siapa?" Pria paruh baya itu mengatakan: "Saya ayahnya Aminudin" Guru itu terkesan kaget, tapi segera meminta pria itu menandatangani buku kehadiran. Ayah dari Aminudin dengan muka yang tertunduk mengatakan: "Maaf, Pak Guru, saya tidak bisa membaca dan menulis..." Para orang tua murid lainnya terdengar ada yang mulai menertawakan,,sang guru tersebut pun mengatakan: "Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan."
Kemudian guru tersebut mulai membahas, tujuan diadakannya rapat orang tua murid, agar setiap orang tua bisa saling share pengalaman mengenai bagaimana cara mendidik anak dan kesannya, Ada 2-3 orang tua murid memberikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, agar mereka mau mengerjakan PR mereka, menolong anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Pada saat guru tersebut meminta ayah dari Aminudin untuk berbicara, ia menawarkan, "Aminudin merupakan seorang murid teladan dengan kualitas terkeren di kelas. Pelajaran matematika paling baik, ia tidak pernah telat,bersikap baik terhadap kawan-kawannya..... Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah dari Aminudin mendidik anaknya."
orang tua murid lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar tetapi memiliki anak yang hebat. Ayah Aminudin dengan agak sedikit canggung mulai berbicara. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua murid lainnya. Ini perkataannya:
Saya hanya suka mendampingi anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya tentu bakal duduk di samping dirinya untuk mendampingi mengerjakan PR yang ada. suatu hari, anak saya bertanya terhadap saya, "Ayah, setiap hari mendampingi saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?" Saya mengatakan "Ayah tidak mengerti." Kemudian anak saya bertanya lagi: "Ayah, apabila Ayah tidak mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak?"
Saya menjawab: "Apabila mengerjakannya dengan cepat, maka Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; apabila kamu nak menyalakan kipas angin, mengambil minum, maka Ayah tahu bahwa soal tersebut sulit."
Saya tidak sekolah, tidak bisa membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara luar biasa mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya bahagia jongkok di samping saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberi uang jajan banyak terhadap anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam di market. Dirinya di rumah menolong saya mencuci pakaian.
Seusai berakhir berbicara, dirinya membungkuk untuk memberbagi hormat terhadap sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tidak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini meskipun tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Translate

Powered By Blogger

VIEW