KISAH NYATA.....
menghadiri rapat orangtua murid
pukul 7 malam, orang tua murid mulai masuk ke dalam ruangan kelas di
sekolah. Berbagai orang tua terkesan penuh sopan santun, ada juga orang
tua yang kelihatannya pamer, ada juga yang terkesan sangat berhati-hati.
terlihatlah seorang pria paruh baya, masuk badannya kotor penuh dengan
debu
Kehadirannya membuat perhatian orang tua murid lainnya.
Dirinya mengenakan pakaian kerja yangluntur dan penuh bercak cat.
Celananya pekat dengan debu, kelihatannya baru pulang dari kerja
bangunan.
"Permisi, Bapak siapa?" Pria paruh baya itu mengatakan:
"Saya ayahnya Aminudin" Guru itu terkesan kaget, tapi segera meminta
pria itu menandatangani buku kehadiran. Ayah dari Aminudin dengan muka
yang tertunduk mengatakan: "Maaf, Pak Guru, saya tidak bisa membaca dan
menulis..." Para orang tua murid lainnya terdengar ada yang mulai
menertawakan,,sang guru tersebut pun mengatakan: "Tidak apa-apa, saya
yang akan membantu Bapak tanda tangan."
Kemudian guru tersebut
mulai membahas, tujuan diadakannya rapat orang tua murid, agar setiap
orang tua bisa saling share pengalaman mengenai bagaimana cara mendidik
anak dan kesannya, Ada 2-3 orang tua murid memberikan pengalaman mereka
dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimana mereka mendidik anak
mereka dengan ketat, agar mereka mau mengerjakan PR mereka, menolong
anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Pada saat
guru tersebut meminta ayah dari Aminudin untuk berbicara, ia menawarkan,
"Aminudin merupakan seorang murid teladan dengan kualitas terkeren di
kelas. Pelajaran matematika paling baik, ia tidak pernah telat,bersikap
baik terhadap kawan-kawannya..... Mari sama-sama kita dengarkan
bagaimana ayah dari Aminudin mendidik anaknya."
orang tua murid
lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar tetapi memiliki anak
yang hebat. Ayah Aminudin dengan agak sedikit canggung mulai berbicara.
Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua
murid lainnya. Ini perkataannya:
Saya hanya suka mendampingi anak
saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli
seberapa capeknya saya, saya tentu bakal duduk di samping dirinya untuk
mendampingi mengerjakan PR yang ada. suatu hari, anak saya bertanya
terhadap saya, "Ayah, setiap hari mendampingi saya mengerjakan PR, apa
Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?" Saya mengatakan "Ayah tidak
mengerti." Kemudian anak saya bertanya lagi: "Ayah, apabila Ayah tidak
mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau
tidak?"
Saya menjawab: "Apabila mengerjakannya dengan cepat, maka
Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; apabila kamu nak menyalakan
kipas angin, mengambil minum, maka Ayah tahu bahwa soal tersebut sulit."
Saya tidak sekolah, tidak bisa membaca dan menulis, saya tidak tahu
bagaimana cara-cara luar biasa mendidik anak. Saya hanya suka
bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya bahagia jongkok di samping
saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberi uang jajan banyak
terhadap anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam
di market. Dirinya di rumah menolong saya mencuci pakaian.
Seusai berakhir berbicara, dirinya membungkuk untuk memberbagi hormat
terhadap sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tidak bergeming,
hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini meskipun tidak
memiliki pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang
cukup.